HubbilLah

Dinsdag 01 Desember 2015

Friendship

Teman, maafin aku yang belum bisa sempurna di antara kalian. Maafin aku yang saat ini masih tak  jelas di antara kalian. Mungkin kehadiranku di tengah-tengah kalian saat ini  hanya seperti hadirnya bulan di pagi hari. Walaupun aku nampak  ada, tapi masih abstrak unutk terlihat, kadang terlihat sepintas saat kau cari, tapi ketika awan putih mulai menyelimuti langit yang biru kehadirannya tak akan pernah lagi terlihat. Mungkin itulah ibarat kehadiranku saat ini. Maafin aku yang belum seperti apa yang kalian inginkan. Itulah aku. Aku yang emang seperti ini dengan sifat dan sikapku. Dengan segala banyak kekurangan dan mungkin sangat sedikit memiliki kelebihan. Sebenarnya aku mulai senang dengan kebahagiaan yang aku miliki sekarang, dengan adanya kalian yang sudah membuatku merasa bahagia karenanya. Kadang terasa sakit saat jarum kecil menusuk  jariku, tapi aku tak mengapa. Selagi pedang itu belum mengenai dan menggores hati kecilku aku bisa mengobati lukaku sendiri. Aku mencoba menjadi seseorang yang baik karna aku memang bukan seseorang yang terlihat baik. Tapi setidaknya aku berusaha melakukan hal yang baik.
Teman, maafin aku yang mungkin  kehadiranku hanya bisa menyisakan kejengkelan dan menjadi benalu di antara kalian. Walaupun sebenarnya aku sendiri tidak ingin di anggap seperti itu, aku mungkin terlalu jahat  dan egois dimata kalian. Selama ini aku sudah belajar memahami apa pentingnya punya teman yang bisa ada disaat kita butuh dan  begitupun sebaliknya. Tapi mungkin karna jiwaku yang masih terlalu polos, hingga membuatku terlihat bodoh mengartikan semuanya. Aku memang terlihat labil di bandingkan kalian yang jauh lebih dewasa dengan kata “teman” bahkan “Sahabat”.
Teman, maafin aku yang belum bisa memeluk  pertemanan ini. Slama ini aku baru bisa menyentuhnya, aku belum kuat memegangnya. Maafin aku yang baru bisa menyebut kalian sebagai teman, karna bagiku kata Sahabat terlalu dalam untukku. Aku mungkin tak pantas disebut sebagai sahabat, olehnya aku masih terlalu takut untuk menyebut kalian sahabat. Aku menyadari sendiri diriku, akan semua kekurangan yang melekat dalam diriku. Tapi aku akan terus berjuang dan aku akan buktikan bahwa suatu saat nanti jari-jemariku yang kecil ini akan memelukmu erat dan hangat dalam sebuah ikatan “Sahabat”.
Teman, jika waktunya tiba aku sangat berharap jika kalian itu benar-benar menganggapku sebagai sahabat. Sahabat seperti yang orang lain miliki. Sahabat yang bisa saling memberikan dukungan lahir batin tanpa memperdulikan perbedaan. Sabahat yang memberikan kenangan indah dari hal kecil hingga hal manis lainnya yang tak terduga. Hingga saat itu aku akan benar-benar bahagia. Biarkan persahabatan ini membaur layaknya pensil warna. Meskipun berbeda satu sama lain, tetapi akan menjadi indah ketika mereka menjadi satu. Seperti indahnya pelangi. Jadi jangan merasa tergores. Tidak akan ada yang tersakiti jika sahabat saling melindungi.

Tangisan??? Mungkin itu sudah biasa. Sahabat menangis adalah hal yang wajar terjadi oleh semua orang. Entah ketika sahabat benar-benar terluka atau ketika sahabat benar-benar bahagia. Tentang itu tak usah dihiraukan terlalu dalam. Selagi masih ada ikatan “sahabat” jari jemari yang manis ini akan berusaha membuatnya bahagia. Terima kasih karna sudah mengajariku banyak hal tentang arti “ Teman” dan “ Sahabat”.

Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking