Teman,
maafin aku yang belum bisa sempurna di antara kalian. Maafin aku yang saat ini
masih tak jelas di antara kalian.
Mungkin kehadiranku di tengah-tengah kalian saat ini hanya seperti hadirnya bulan di pagi hari.
Walaupun aku nampak ada, tapi masih abstrak
unutk terlihat, kadang terlihat sepintas saat kau cari, tapi ketika awan putih
mulai menyelimuti langit yang biru kehadirannya tak akan pernah lagi terlihat.
Mungkin itulah ibarat kehadiranku saat ini. Maafin aku yang belum seperti apa
yang kalian inginkan. Itulah aku. Aku yang emang seperti ini dengan sifat dan
sikapku. Dengan segala banyak kekurangan dan mungkin sangat sedikit memiliki
kelebihan. Sebenarnya aku mulai senang dengan kebahagiaan yang aku miliki
sekarang, dengan adanya kalian yang sudah membuatku merasa bahagia karenanya.
Kadang terasa sakit saat jarum kecil menusuk
jariku, tapi aku tak mengapa. Selagi pedang itu belum mengenai dan
menggores hati kecilku aku bisa mengobati lukaku sendiri. Aku mencoba menjadi
seseorang yang baik karna aku memang bukan seseorang yang terlihat baik. Tapi
setidaknya aku berusaha melakukan hal yang baik.
Teman,
maafin aku yang mungkin kehadiranku
hanya bisa menyisakan kejengkelan dan menjadi benalu di antara kalian. Walaupun
sebenarnya aku sendiri tidak ingin di anggap seperti itu, aku mungkin terlalu
jahat dan egois dimata kalian. Selama
ini aku sudah belajar memahami apa pentingnya punya teman yang bisa ada disaat
kita butuh dan begitupun sebaliknya.
Tapi mungkin karna jiwaku yang masih terlalu polos, hingga membuatku terlihat
bodoh mengartikan semuanya. Aku memang terlihat labil di bandingkan kalian yang
jauh lebih dewasa dengan kata “teman” bahkan “Sahabat”.
Teman,
maafin aku yang belum bisa memeluk
pertemanan ini. Slama ini aku baru bisa menyentuhnya, aku belum kuat
memegangnya. Maafin aku yang baru bisa menyebut kalian sebagai teman, karna
bagiku kata Sahabat terlalu dalam untukku. Aku mungkin tak pantas disebut
sebagai sahabat, olehnya aku masih terlalu takut untuk menyebut kalian sahabat.
Aku menyadari sendiri diriku, akan semua kekurangan yang melekat dalam diriku.
Tapi aku akan terus berjuang dan aku akan buktikan bahwa suatu saat nanti
jari-jemariku yang kecil ini akan memelukmu erat dan hangat dalam sebuah ikatan
“Sahabat”.
Teman,
jika waktunya tiba aku sangat berharap jika kalian itu benar-benar menganggapku
sebagai sahabat. Sahabat seperti yang orang lain miliki. Sahabat yang bisa
saling memberikan dukungan lahir batin tanpa memperdulikan perbedaan. Sabahat yang
memberikan kenangan indah dari hal kecil hingga hal manis lainnya yang tak
terduga. Hingga saat itu aku akan benar-benar bahagia. Biarkan persahabatan ini
membaur layaknya pensil warna. Meskipun berbeda satu sama lain, tetapi akan
menjadi indah ketika mereka menjadi satu. Seperti indahnya pelangi. Jadi jangan
merasa tergores. Tidak akan ada yang tersakiti jika sahabat saling melindungi.
Tangisan???
Mungkin itu sudah biasa. Sahabat menangis adalah hal yang wajar terjadi oleh
semua orang. Entah ketika sahabat benar-benar terluka atau ketika sahabat
benar-benar bahagia. Tentang itu tak usah dihiraukan terlalu dalam. Selagi masih
ada ikatan “sahabat” jari jemari yang manis ini akan berusaha membuatnya
bahagia. Terima kasih karna sudah mengajariku banyak hal tentang arti “ Teman”
dan “ Sahabat”.
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking