CINTAMU DATANG KEMBALI
Suasana kelas memang selalu gaduh saat jam pelajaran kosong. Dari
dulu sampai sekarang tidak pernah berubah. Kelasku tidak ada bedanya dengan
medan perang. Saling melemparkan kertas satu sama lain. seperti halnya anak TK. Itulah kebiasaan temen-temenku dikelas,
ngerumpi alias ngobrol udah jadi makanan buat cewek-cewek calon ibu rumah
tangga. Yah, begitulah saat jam kosong berlangsung. Ada juga diantara mereka
yang saling adu suara, menyanyi tanpa memperdulikan irama, serba porak-poranda
deh pokoknya. Bahkan setiap sudut kelas tidak pernah kosong oleh manusia. Semua
sisi ruang kelas hampir terisi oleh menusia, mulai dari mereka yang melamun,
bercanda, bahkan sampai kepada yang gak jelas kerjaannya juga ada. Termasuk aku
di dalamnya.
“Masih ada juga ya cewek di tahun baru yang gak punya pasangan?
kasian banget hidupnya” pikirku dalam hati. Walaupun sebenarnya itu menyindir
diriku sendiri, seperti taman yang tak berbunga saja. Kering, gersang, tak ada
lebah yang ingin mengampiri. Pokoknya hidup tanpa cinta sangat sumpek, lebih
sumpek dari gudang yang sudah sepuluh tahun tidak pernah dibersihin. Bahkan aku
sempat berpikir: ”buat apa hidup tanpa cinta? Bukankah itu akan membuat hidup
kita terasa hampa?” tanyaku pada diriku sendiri.
Tapi, memang begitulah kenyataannya. Aku saat ini memang
benar-benar tidak punya gebetan,alias JOMBLO. “Uhhf,,,, menderita banget deh
gue,kenapa Edo meski mutusin gue.Gue bener-bener ngerasa kesepian tanpa Edo ”
desahku dalam hati.Saat ini diriku seperti anak kecil yang kehilangan mainan
kesayangaannya, rasanyaaku ingin sekali menangis. Tapi, sayangnya air mataku
tidak kunjung keluar. Dia seolah-olah dibentengi oleh tembok berlin, yang tidak
tumban di terpa angin. Benar-benar sengsara ngerayain tahun baru tanpa sang
kekasih.
“Nanti malam gue beneran gigit jari nih, gak ada yang ngejemput
kayak tahun sebelumnya, bak putri dalam dongeng saja.”Aku masih saja kepikiran
ngerayain tahun baru nanti malam. “Eh Na, ikutan kita-kita yuk?” Ajak Ema yang
sudah keluar dari barisan. Disana terlihat ada Erna,Wahyu dan Nunu. Bel tanda
jam pelajaran berakhir memang sudah terdengar berbunyi sejak dua menit yang
lalu. Tapi, anak-anak masih terlihat ramai dalam ruangan kelas yang sejuk dan
rapi itu.
“Ikut kemana Ma?” tanyaku sambil mengosongkan bangku. “Ya,, cari
baju sama assesoris lah Na,buat ngeceng ntar malam sama doi.” Ema terlihat
sangat bersemangat dan antusias untuk merayakan malam pergantian tahun nanti
malam. “Tuh kan bener, apa kata hati gue. Mereka semua pasti mau mempersiapkan
segala sesuatunya untuk nanti malam.” Ucapku dalam dalam dengan nada yang
sendu.
“Kenapa sih Na, ko malah melamun seperti itu? Ayok’ buruan,ntar
yang bagus-bagus keburu diserbu orang.” ujar Ema sembari menarik lenganku. “Emmm,gue
gak bisa ikut,maaf ya.Kalian pergi saja duluan, gue langsung pulang aja.“
“Loe
beneran gak mau ikut?“
“Ya
udah gue sama yang lain capcus dulu,
hati-hati ya Na.” Ujar Ema sembari
melambaikan tangan kepadaku, menandakan kami akan berpisah.
Aku
berjalan masih dalam keadaan hati yang resah. Sakit banget kalo aku mengingat
masa lalu saat bersamanya. Yang jelas masa-masa indah itu gak mungkin bisa
terulang kembali. Jika semua itu kembali lagi, maka itu adalah sebuah anugerah
buat aku. “Bodoh.Kenapa juga gue mesti berlarut-larut memikirkan masa lalu yang
udah lenyap itu? Aduh Naela, kenapa sih mesti Edo yang ada dipikiran loe,apa
gak ada cowok lain didunia ini? Kan masih banyak yang lebih baik. Mungkin lebih
bisa ngertiin loe.” Hati dan otakku seperti bertarung di atas ring tinju.
Saling berlawanan satu sama lain.
“Hah,,,“ Aku langsung membanting tubuhku keatas kasur yang empuk. Kurentangkan
kedua tanganku untuk mengurangi rasa capek yang dari tadi mengikutiku. Lega
juga rasanya. Tapi, lagi-lagi perayaan tahun baru itu muncul kembali di benakku.
Aku merasa iri pada mereka yang sudah punya rencana untuk nanti malam. Mereka
sibuk memilah dan memilih baju ataupun assesoris
yang akan mereka kenakan nanti malam. Mereka datang kesalon untuk meni-pedi ataupun mengkrimbat dan mengsmooting rambutnya,supaya dimalam
yang indah itu mereka terlihat lebih
anggun.Semuanya seperti yang aku bayangkan sebelumnya. Hanya aku saja nanti
malam yang terkurung di rumah seperti Rapunzel. Benar-benar menyedihkan.
“Andai saja ada pangeran yang nyasar ngajak gue pergi, seneng
banget gue.” Anganku dalam hati. Aku bangkit dari tempat tidur dan bergegas
menyambar handuk yang ada dibelakang pintu. Jam beker menunjukkan pukul 16.05.
Aku gak mau mogok mandi gara-gara gak punya pasangan buat ngerayain tahun baru.
Malu dong sama semut,hehe,,,.
Seperti hari biasanya, aku slalu pakai make-up setelah habis mandi. Wajar aja kan kalo cewek mesti dandan.
Apalagi masih masa remaja,rasanya pengen bergaya terus.Tampil bersih dan rapi
adalah hal yang sudah aku lakukan sejak kecil. Mama dan papaku dari dulu sudah
menerapkan kedisiplinan itu sejak aku kecil. Makanya sampai sekarang pun kebiasaan
itu tertanam dalam diriku.Sayangnya, mereka berdua ninggalin aku duluan pada
waktu kami ingin berlibur ke rumah nenek. Kecelakaan itu telah merenggut
sebagian besar penumpang kereta api yang kami tumpangi, termasuk kedua orang
tuaku. Saat itu usiaku masih sekitar 9 tahun dan mulai sejak itu aku tinggal
bersama nenek dan kakek. Tanpa kusadari, air mataku memecah dan mengalir dari
kedua pipiku. Make-upku pun sedikit
memudar dikarena derasnya air yang tidak tahu datangnya dari mana. “Wah,,,mubadzirdang. Ngapain coba dari tadi memoles wajah, kalau akhirnya jadi
luntur begini.” Ku usap air mataku dengan perlahan. Ada perasaan berbeda
menyelimut dihatiku. Tapi, aku harus tetap tabah.
Sementara itu, aku kembali menata mea riasku. Ku bersihkan ia dari
noda-noda dan bekas air mataku. Sehingga meja itu terlihatrapi dan gak bosan
untuk dipandang. Saat aku menata meja riasku, tidak sengaja aku menjatuhkan
album cantik berwarna Ungu-putih, lalu kubuka perlahan album itu. Terlihat wajahku
yang dulu masih terlihat sangat imut.
“Kecil banget ya aku? Ya maklum lah Na namanya juga baru satu tahun
” ucapku pada diriku sendiri. Aku punya banyak album dirumah. Ada 8 album
dengan warna sampul yang sama,bagian tepinya seperti lukisan peri dinegeri
dongeng dan ditengahnya ada Double Lovenya.
Benar-benar indah,Cuma album ke-9 yang warnanya beda. Soalnya dia berwarna
merah dengan gambar dua jari manis yang
saling mengikat. Itu adalah album hadiah dari Edo.Pikiranku semakin kacau
setelah aku membuka-buka album merah itu,semua gambar itu mengingatkan tentang
masa laluku bersama Edo. begitu indah dan sangat berarti hidupku saat itu.Aku
bahagia banget saat Edo berada disampingku. Canda tawa dan perhatiannya terasa
berbeda dengan mantan ku yang sebelumnya. Walaupun Edo adalah pacar kedua,tapi
entah kenapa aku merasa bahwa Edo adalah Cinta pertamaku.
“Na,,,album
ini memang sengaja Edo bedain dari album-album Naela yang sebelumnya,apa Naela
tau maksudnya?”tanya Edo dengan penuh gurauan kepadaku.
“Mana
Naela tau Do. Kan Edo tau sendiri kalo Naela suka warna purple,harusnya Edo
ngasih yang warna purple dong, gak warna merah.”
“Edo
suka kalo Naela mulai ngambek,tambah lucu.” Ejek Edo padaku.
“Trus
apa arti dari semua ini?” saat itu aku penasaran banget dengan teka-teki Edo.
Perlahan-lahan
Edo mulai menjelaskan maksud dari teka-teki itu padaku. ”Warna merah, karena
biar kasih sayang dan cinta Edo ke Naela tidak akan berhenti,seperti
mengalirnya darah kita ini.” Ungkap Edo.
Ternyata Edo benar juga,setelah dia pergi dari kehidupanku,aku hampir
saja mati karna cintanya. Dia benar-benar sangat berarti dalam hidupku.
Wajahnya lumayan tampan dan enak untuk dipandang. Ada dua lesung pipi dikanan
dan dikirinya.Makanya Edo terlihat manis,apalagi saat tersenyum. Hemmm,,,bikin
gemes saja.Hidungnya juga mancung,cocok banget untuk membelah
semangka,hehe.Tapi, kenapa dia mesti mutusin aku saat itu. Sakit tahu.
“Aduh Edo. kenapa sih loe harus membiarkan gue menderita gara-gara
cinta loe. Tega banget sih loe sama gue. Loe tau nggak sih? Hidup gue terasa
mati tanpa kehadiran loe. Gue seperti
bunga yang layu dan kemudian akan gugur satu persatu.Apa itu yang loe mau?
Membuat gue jatuh sakit dan terpuruk gara-gara mikirin cinta loe yang telah
tiada lagi buat gue.”
Dulu hidupku terasa seperti orang yang berada dalam surga,seperti
yang banyak dikatakan orang-orang kalo cinta itu bagaikan surganya dunia.
Itulah yang aku rasakan saat itu. Aku benar-benar bahagia menjalani hari-hariku
bersama Edo.Tapi, aku tahu saat ini aku hanya bisa mengingat masa lalu itu dan
aku sadar akan semua itu.Harusnya aku sakit mengulang pikiranku untuk terbang
ke masa lalu. Tapi, entahlah.kadang-kadang aku bahgia banget walaupun hanya
sekedar mengingat hariku yang dulu bersamanya. Namun, kadang-kadang juga aku
merasakan sakit yang luar biasa saat aku ingat waktu dia meninggalkan aku. Kenapa
juga mesti di hari ultah ku? itu yang membuat aku semakin sedih. Alasannya pun
aku tak tau pasti kenapa dia mutusin aku. Padahal, saat itu aku merasa hubungan
kami baik-baik saja.
“Udah ah Na! gak usah di ungkit kembali. Yang lalu biarlah
berlalu,toh masih ada kok cowok yang lain,gak cuma ada Edo didunia ini.”
Hiburku pada diriku sendiri.
Aku menata kembali album merah itu ketempat semula. Dan semuanya
tertata rapi dimeja.Ternyata lama juga aku ngelamunin masa laluku. Jam beker
menunjukkan pukul 17.25,senja merah mulai nampak di ufuk barat sana.Terlihat
indah pemandangan disekitar padang rumput dibelakang sana.Nenek pun sudah dari
tadi memanggil aku untuk makan bersama. Sebuah kebiasaan yang kami lakukan
sejak dulu.Dengan penuh kebahagiaan aku, dan keluargaku menikmati hidangan yang
sudah tersedia di meja makan. Suasana seperti inilah yang membuat keluarga kami
terasa begitu hangat dan damai.Tapi, sore ini aku sedikit telat untuk makan
bersama. Ketika aku datang kakek saja makannya hampir selesai.
“Habis
dari mana Na,tadi nenek sudah memanggil Nana berkali-kali”
“Itu
Nek ngerapiin buku sama majalah-majalah Nana dikamar,tadi pagi belum sempet dirapikan.”
“Maafin
Nana ya Nek,sudah berani berbohong.” Tambahku dalam hati.
“Ya
sudah, terusin makannya,Nenek mau nyuci piring dulu.”
“Makanya
jangan telat,jadi makan sendiri bukan?” sapa kakek kepdaku dengan nada sedikit
mengejek.
“Tuh kan benar kata hati gue,gue sendiri nih yang dirumah,semuanya
sudah pada pergi untuk ngerayain tahun baru.”Tetangga rumahku sudah pergi
semua,aku melihat sendiri mereka sudah mengunci pintu rumah mereka. Sudah gitu
ada yang ngeledek lagi. Agak sebel sih, tapi mau bagaimana lagi kondisi aku
yang tidak memungkinkan untuk pergi.
“Lho,,,Naela
nggak pergi sama pacarnya buat ngerayain tahun baru?” tanya salah satu tetangga
rumahku.
“Enggak
kok Mpok,Naela dirumah saja sama kakek dan nenek, kan sama saja.” Jawabku
dengan nada yang lembut.
“Ya
sudah Mpok pergi duluan ya Na,sekalian kalo Naela diteras jagain ya rumahnya Mpok.”
Canda tetanggaku itu.Tak lama kemudian,Mpok Dedeh langsung menyalakan motornya
dan bergegas meninggalkan halaman rumah.
Sebenernya
Mpok Dedeh gak bermaksud ngeledek sih,kan wajar saja kalo nanya gitu,cuma aku
nya saja yang merasa ke ledek. “Aduh,,,Naa kok jadi sensi sendiri sih.” Lalu aku
masuk rumah dan duduk disamping Nenek.
“Tumben
cucu Nenek tahun baru begini hanya diam di rumah,gak pergi sama teman?” tanya
nenek kepadaku.
“Nggak
kok Nek,Naela dirumah saja,paling-paling disana Cuma ngelihatin pesta kembang
api doang, bosan dong.” Walaupun sebenarnya aku pengen sekali bisa pergi dari
rumah, cuma malu saja mau bilang sama Nenek kalo aku gak punya teman pergi.
“Beneran?
Nana tidak menyesal nggak pergi? Nanti malah kebawa mimpi lho.” Ucap nenek
meledekiku.
“Beneran
Nek,,,” ku peluk Nenek dengan sangat erat, ada kehangatan yang memancar dari dalam
dirinya.Baru saja aku melepas pelukan Nenek dari luar rumah ada seseorang yang
mengucap salam.
“Assalamu’alaikum,,,”
“Wa’alaikum
salam” jawab Nenek.
“Nak
Edo...? mari masuk Nak” Suara Nenek terdengar kalo tamu itu adalah Edo,mantan
kekasihku. “Edo kesini?? mau apa coba,apa dia nggak pergi sama ceweknya? Kenapa
mesti bertamu ke rumahku.” Seketika itu pertanyaan besar muncul dibenakku.Ada
perasaan bahagia sih sebenernya,Satu tahun silam aku tidak pernah bertemu dengannya.
Seketika muncul bungan dalam hatiku. Aku merasa seolah-olah kebahagiaan akan
datang lagi kepadaku.
“Nggak
usah Nek,Edo Cuma mau tanya, apakah Naela sudah pergi untuk merayakan tahun
baru, Nek?”
“Belum,
Naela belum pergi,tuh dia masih di dalam. Memangnya Nak Edo mau mengajak Nana
pergi?” tanya nenek dengan nada serius.
“Itu
kalo Naela mau sih Nek,Edo niatnya begitu.”
“Ya
sudah,masuk dulu. Itu Nana ada di kursi, tanyakan saja sama dia.”
Dai
dalam aku bertanya kepada nenek: “Siapa sih Nek yang datang? Kok tidak diajak
masuk dulu.” Aku beranjak mendekati pintu. Aku memang sengaja pura-pura tidak
mengenali suara Edo. Aku hanya ingin tahu, seperti apa reaksi dia saat bertemu
denganku lagi.
“Edo,,,??“
Aku tercengang melihatnya. Walaupun sebelumnya aku sudah tahu kalo yang datang
itu dia. Detak jantungku sudah tak menentu,Edo benar-benar datang lagi untukku.
Hawa yang dingin, seketika berubah menjadi hangat. Ada rasa yang aneh dalam
diriku, rasa yang memang dulu pernah ada. Terasa bagai bunga layu yang
tersirami air,kembali segar dan mekar.
“Iya
Na,Edo datang mau ngajak Naela pergi.Itupun kalo Naela mau.”
“Ya
jelas mau dong,siapa sih yang nolak ditawari kayak gitu. Kan aku masih cinta
sama Edo,bodoh banget deh pokoknya kalao sampai aku menolak ajakannya.” Ucapku
dalam Batin.
“Iya,
Naela mau. Lagian nggak enak nolak Edo yang sudah datang kesini. Bolehkan nek
Nana pergi sama Edo?” aku mengalihkan pertannyaan sama nenek.
“Ya
kalo Nenek terserah Nana saja,yang penting kamu dipulangin Nak Edo dalam
keadaan baik-baik saja.Ya kan Nak Edo?” jawab nenek dengan wajah penuh gurauan,
sehingga aura kecantikannya sewaktu muda terlihat kembali.
“Pastinya
kok Nek,Edo akan menjaga Naela.” Sambung Edo begitu saja.
“Ya
sudah, masuk dulu Nak Edo. Biarkan Naela mempersiapkan diri dulu.” Ajak nenek
kepada Edo.
“Iya
Nek, terima kasih banyak udah diizinin buat pergi sama Naela.” Ujar Edo dengan
wajah penuh senyuman.
Kami semua masuk ke dalam,Nenek sudah berjalan mendahului kami. Tiba-tiba
saja Edo menarik tanganku sebelum dia duduk dikursi.Perasaanku tiba-tiba kacau
karenanya.
“Pakai
baju yang pernah kamu pakai di ultah yang ke-17 ya!!” dia langsung duduk dan
berbincang-bincang sama kakek yang kebetulan baru pulang dari masjid.Aku
bergegas masuk ke kamar dan berganti baju sesuai pesanan Edo. Walaupun aku
belum tahu apa maksud Edo memintaku menggunakan baju itu.Tapi, yang jelas di
ultahku yang ke-17 adalah kenangan yang pahit.
Aku hanya berdandan seadanya,karena banyak orang yang mengatakan
nggak dandan aku juga sudah kelihatan cantik.Aku punya kesamaan sama Edo,yaitu
sama-sama punya lesung pipi dan hidung mangi. Tapi, lesung pipiku Cuma satu,
dikanan.Aku berjalan menuruni anak tangga. Ada perasaan bahagia yang
menggebu-gebu dihatiku.Seneng banget rasanya bisa jalan bareng sama Edo lagi.Semoga
menjadi kenangan yang indah dalam hidupku.
“Kek,kami
pamit pergi dulu ya.” Ucap Edo sembari mencium tangan kakek. Begitu pula dengan
aku.
Ditengah perjalanan aku hanya terdiam,masih ada teka-teki kenapa
aku mesti pakai baju itu,padahal sakit banget jika harus diingat. Di ultahku
yang ke-17, Edo mutusin aku setelah acara peniupan lilin. Saat itu,aku harus
menahan sakit dan air mata. Aku mencoba bertahan untuk membendungnya. Tapi,
tidak bisa. Tidak hanya itu, sakit yang aku rasakan. Masih banyak hal lain yang
masih aku ingat dalam hatiku. Padahal, sebelumnya aku sudah menjalin hubungan
selama dua tahun bersamanya. Tiba-tiba kandas begitu saja tanpa alasan yang
jelas? Benar-benar menyakitkan.Tapi, entahlah. Walaupun begitu aku tetap saja
cinta sama dia. Padahal, kalo dipikir-pikir buat apa coba mempertahankan
cintanya di hatiku. Yang jelas dia sudah membuat kesalahan yang lumayan besar
untuk masalah cintaku.
“Edo-edo,,, matra cinta apa sih yang loe taburkan kehati gue? Jadi
serasa heran.” Gumamku dalam hati.
“Na,
jangan diam melulu dong,ngomong apa kek,gitu kek.”
“Tuh
kan,Edo itu kayak gak pernah ngerasa punya salah.” Tambahku dalam hati.
“Lagi
gak mut aja Do,emangnya kamu gak jalan sama doi apa? Kok malah ngajak aku,ntar
kena damprat baru tahu rasa.” Aku
terdiam lagi.
“Bodoh,malah
tanya-tanya doi segala lagi,bagaikan nginjak duri saja. Naela,,,,Naela. O’on
dipelihara,berkembang biak kan jadinya.” Gerutuku dalam hati.
“Mana
ada Edo ngajakin Naela pergi kalo Edo sudah punya doi,emangnya Edo cowok apaan
mainin perasaan cewek.”
“Huh,,,
gaya loe do,kenapa dulu mesti mutusin gue? Apa bedanya coba mainin sama nyakitin
? beda tipis saja kali.” lagi-lagi aku hanya bisa ngedumel sendiri dalam hati. Biarlah
bukan urusan aku lagi. Lagian aku kan udah nggak jadi pacarnya.Ngennnnes banget.
“Udah
nyampe nih,ternyata rame juga ya disini.” Edo memakirkan motor dan melepas helmnya.
Suara musik sudah terdengar merdu dan
menyentuh hati. Apalagi yang dinyanyikan saat ini adalah lagu Tinggal Kenangan
by Gebby.Ngingetin saat dulu saja. Kenapa juga aku harus berpisah dengan Edo.
“Ya
jelas lah ramai,nih orang pernah ngalamin amnesia atau gimana sih,bisa-bisanya
ngomong kayak gitu.Namanya juga tahun baru pasti rame kali.” Tambahku dalam
hati.
“Nae,,,,”
Edo mendongakkan wajah ku yang semula selalu menunduk kebawah,kurang semangat.Padahal
harusnya aku bahagia dong bisa jalan lagi sama dia.Nggak kayak gini.Atau
mungkin karna aku nggak ada ikatan pacaran sama dia atau gara-gara musik tadi
ya?” aku terus saja bergumam dalam hati.
“Nae,,,,
please jangan diemin gue kayak gini dong. Ya gue akui gue memang punya banyak
salah sama loe,gue emang pernah nyakitin hati loe,dan gue.......” Tiba-tiba
suara Edo terhenti.
“Sudahlah.
gak perlu diputar kembali masa lalu kita. Gue harap loe bisa ngertiin itu.Toh
tujuan kita kesini kan buat ngerayain tahun baru bukan buat ngebahas yang sudah
lalu Do.”
“Tapi
Na,,,, loe harus tau apa tujuan gue ngajak loe jalan malam ini. Edo memegang
kedua pundak ku untuk meyakinkanku bahwa ada tujuan lain yang ingin dia katakan
padaku. Tatapan matanya memancarkan keseriusan yang dalam. Kami berdua duduk
manis ditaman yang indah. Mungkin memang disengaja sekitar alun-alun diberi
pernak-pernik yang indah itu.
“Saat
itu,gue melakukan kesalahan pada loe bukan semata-mata dari keinginan diri gue
Na, Apalagi hati gue.” Edo mengawali alasannya yang dari dulu menjadi
teka-tekiku kenapa waktu itu dia mutusin aku. Gaya bicaranya bergetar. Ada hal
yang menarik darinya. Dan itu yang membuat aku suka padanya.
“Awalnya
gue nggak mau dan nggak tega sama loe,karena gue sayang banget sama loe dan
sebaliknya gue juga tau kalo loe sayang sama gue. Tapi, masalahnya saat itu
adalah nyawa yang harus jadi taruhannya. Nyawa mama ada ditangan keluarga Fani.
Mamaku kecelakaan. Saat itu perusahaan papa anjlok dan papa tidak punya uang
untuk operasinya mama.Terpaksa papa harus meminjam uang kemamanya Fani. Tapi
usaha papa ternyata tidak memuaskan kami. Malam itu juga mama tetap ninggalin
kami untuk selamanya.Dan mulai saat itu papa pergi entah kemana lagi tanpa
memperdulikan nasib gue. Papa menganggap kalo gue sudah bisa bertahan hidup
sendiri.Papa pergi denganmeninggalkan hutang 5 juta yang harus gue lunasi. Saat
itu gue benar-benar bingung Na,darimana gue bisa dapetin uang sebanyak itu. Sedangkan
untuk biaya kuliyah gue saja gue masih bingung.”
Aku menjadi terharu mendengar alasan Edo kenapa dulu dia mutusin
aku di ultahku yang ke-17. “Fani mencintai gue sejak kami sering bertemu dulu.
Keluarga kami sering makan malam bersama setiap akhir bulan sebelum perusahaan
papa bangkrut. Tetapi gue menolak cintanya.Karena gue bener-bener sayang sama
loe Na.Loe harus percaya itu Na,,,, Mungkin karna cintanya yang selalu gue
tolak membuat dia menjadi sakit hati.Dan sebagai gantinya, hutang keluarga gue.
Gue harus memilih antara menerima cintanya atau melunasi semua hutang keluarga
gue sama mereka. Kemudian, dia juga mita supaya gue mutusin loe diultah loe yang
ke 17 waktu itu. karena Fani tau kedua pilihan itu sama beratnya buat gue pilih.Tetapi
aku lebih milih mutusin loe daripada harus menerima cinta seseorang yang sama
sekali aku tidak mencintainya Na.”
“Na,maafin
gue.Gue harus ngorbanin cinta kita Cuma gara-gara uang,maafin gue Na. Gue
bener-bener nggak ada pilihan lain saat itu.” Edo memegang erat tanganku,ada
kesan tersendiri yang aku rasakan.Aku langsung memeluknya Erat,air mataku tak
mampu kubendung. Mungkin kalau aku ada diposisi dia, aku juga akan ngelakuin
hal sama seperti yang Edo lakuin saat itu.
“Gue
nggak akan ninggalin loe untuk yang kedua kalinya Na,gue sayang sama loe.Loe
mau kan menerima gue dan cinta ini lagi?.”
“Gue
juga sayang sama loe Do. Dan gue juga mau kok nerusin cinta yang pernah kandas
itu.” Edo melepas pelukan dan mengusap air mataku dengan kedua ibu jarinya.
“Jangan
bersedih lagi,sekarang kita sudah bersama lagi dan cinta kita akan tetap
bersatu.” Edo mengecup keningku.
“Kesana
yuk,sebentar lagi pesta kembang api dimulai”.
“Ah
loe, masih jam 23.03 masih lama kali.” Jawabku sinis.
“Iya,
Edo tau. Apa loe gak pengen jalan-jalan dulu sama Edo. Keliling-keliling sembari
melihat-lihat keindahan tempat ini. Atau melihat-lihat barang-barang yang
dijual di tokoh itu.
“Emang
Edo punya Uang?” Ledek ku.
“Yah,
kalo nggak punya uang, mana berani Edo ngajakin Naela kesini, iya nggak?”
“Iya
sih, ya udah yayo. Kami berdua beranjak meninggalkan taman dan mulai
mengelilingi semua pedagang disekitar alun-alun.
Beraneka ragam jajanan dan pernak-pernik yang mereka pamerkan
disepanjang jalan,mulai dari makanan ringan yang disukai banyak anak-anak
kecil,assesoris,sofernir,hingga makanan yang sudah sering kali kita jumpai
dimana-mana,seperti bakso,mie ayam, sate dan yang lainnya untuk sekedar
mengganjal perut mereka yang lapar karena nungguin pesta kembang api, juga
tersedia di sana. Ada juga jagung bakar yang membuat suasana malam ini menjadi
lebih hangat. Asapnya menyebar tercium kemana-mana.
“Do,
beli arum manis yok, lagi pengen nih.” pintaku kepada Edo.
“Udah
manis belinya yang manis-manis terus,ntar dicium semut lho, Edo nggak tanggung
jawab lho ya” ujar Edo mengejekku.
“Ah
Edo,Naela aduin ke nenek baru tau rasa,katanya mau njagain Naela...hayo”
balasku kepada Edo.
Kami menikmati arum manis sambil berjalan masuk ke taman bermain
anak-anak. Wahh,, jadi sirik aja,kami hanya bisa melihat anak-anak kecil yang
didampingi orang tuanya. Nggak ada yang lebih indah dari malam itu. Mungkin karena
ada Edo di sini. Sudah lama aku menanti saat-saat yang seperti ini,menanti
kehadiran cowok yang benar-benar telah menggugah hati ku. Lima menit lagi pesta
kembang api dimulai. Dari sebelah selatan ada anak kecil yang membawa popcorn terjatuh. Dari arah lain,
terlihat dua sejoli yang sedang berpelukkan mesra. Pokoknya malam itu
benar-benar penuh keragaman tingkah laku manusia.
“Wah
tuh adek malah udah ngehujanin duluan sebelum kembang api melunjur,” Edo yang
melihat anak kecil yang menangis tadi, langsung angkat bicara.
“
SStt....Edo nggak boleh kayak gitu. Seperti anak kecil aja kau ini. hehehe” Aku
berlagak seperti komentator.
Tak lama kemudian, panitia perayaan malam tahun baru mulai
menghitung mundur waktu, menandakan kalau malam pergantian tahun akan segera
tiba.
“10,9,8,7,6,5,4,3,2,1..............”
pesta kembang api siap diluncurkan, diiringi suara terompet yang saling
bersautan.Suara kembang api terdengar menyebar ke angkasa. Seketika langit
berubah dengan penuh warna-warni. Musik Band tiada hentinya mengiringi suasana
malam itu.
Dikala
senja dimusim yang bahagia,cinta datang menjemputku
Dia
tebarkan seribu senyum indah,yang membuat luluh hatiku
Ku
merasakan adanya getar cinta, Tuhan berikan petunjuk
Ketika
dirinya menjadi yang terbaik,untuk hidup selamanya
Kasihku
jangan kau bohongi aku,karna aku benar-benar cinta kepadamu
Ku
harap jangan kau tinggalkan aku,karna ku cintaimu selamanya
Begitu indah dan damai dihati rasanya. Lagu dari salju itu
membuatku nyaris merinding. Menyentuh hatiku banget dan yang paling indah
buatku adalah malam ini aku bisa jalan berdua sama doi di tahun baru. Nggak
jadi terpenjara seperti putri dalam dongeng, masih ada pangeran yang mau
menyelamatkanku dari keterpurukanku, Edo adalah cinta lama ku yang datang
kembali ke pelukanku.
Sekarang aku sadar kalo cinta itu memang indah jika dijalani dengan
benar,walaupun mungkin terkadang sakit dirasakan. Tapi, setidaknya kita harus
mencoba untuk tetap sabar.
“Pulang yok Do!!ntar kena marah dari nenek lho.” Pintaku kepada
Edo. “Okay.” Jawab Edo. Kemudian kami berdua pergi meninggalkan keramain yang
belum selesai itu. Kami pulang ke rumah, dengan menggunakan motor Edo. Rasa
bahagia tidak bisa aku tepis, bahagia karena bisa bersama dengan Edo lagi.
******************************
By
: SholLyNoer_Sholehah